Secara perlahan-lahan bumi mengadakan kondensasi atau
menjadi lebih dingin sehingga pada suatu saat terbentuklah kerak atau kulit
bumi. Yang berbentuk cair membentuk samudra atau hidrosfer, yang berbentuk gas
disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer. Pada saat ini kulit
bumi tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup yang beraneka ragam.
Lapisan bumi yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup itu kita sebut
biosfer.
Banyak terdapat teori maupun paham-paham yang dikemukakan
oleh para ilmuan mengenai teori awal mula kehidupan di dunia. Namun semuanya
belum dapat memberikan jawaban yang pasti. Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani
Kuno manusia berusaha memberikan jawaban terhadap awal mula kehidupan di muka
bumi ini. Namun, jawaban itu umumnya hanya berupa dongeng atau mitos belaka.
Berikut ini dikemukakan beberapa teori-teori awal mula makhluk hidup di dunia,
sebagai bahan kajian kita untuk mengenal lebih jauh sejarah awal mula kehidupan
di dunia.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok peneliti
dari 243rd National Meeting & Exposition of the American Chemical Society
(ACS) pada tanggal 27 Maret kemarin mengemukakan suatu fakta yang mengejutkan.
Mereka mengungkapkan bahwa, jutaan tahun lalu, bumi telah dibombardir oleh
ribuan meteor dan juga komet. Menurut penelitian mereka, seperti yang dikutip
oleh Sciencedaily.com, komet yang jatuh ke bumi membawa air sebagai awal muasal
munculnya kehidupan di bumi.
Bukti lain yang memperkuat bahwa jutaan tahun lalu bumi
telah dibombardir oleh komet adalah banyaknya ceruk-ceruk di permukaan bulan.
Seperti yand diketahui bulan memiliki jarak yang tidak begitu jauh dari bumi,
dan tentu saja, apabila bumi terkena hantaman beribu-ribu komet, maka tidak
menutup kemungkinan bulan juga terkena imbasnya. Sebelum komet menghajar bumi,
planet ini merupakan planet yang memiliki suhu yang amat sangat panas dan
sangat mustahil bagi makhluk hidup untuk mendiami tempat panas seperti bumi.
Evolusionis pertama yang meneliti asal usul kehidupan di
abad kedua puluh adalah pakar biologi Rusia, Alexander Oparin. Ia bertujuan
menjelaskan bagaimana makhluk bersel satu paling pertama, yang menurut teori
evolusi dianggap sebagai nenek moyang semua makhluk hidup, dapat terbentuk.
Pada tahun 1930-an, Oparin merumuskan sejumlah teori untuk
menerangkan bagaimana sel paling pertama dapat muncul dari benda tak hidup
melalui peristiwa alamiah tanpa sengaja, atau secara kebetulan. Namun, usahanya
berakhir dengan kegagalan dan Oparin sendiri harus mengakui. Sayangnya,
asal-usul sel masih merupakan pertanyaan yang ternyata menjadi bagian paling
gelap dari keseluruhan teori evolusi. (Alexander I. Oparin, Origin of Life,
(1936) NewYork: Dover Publications, 1953 (Reprint), hlm.196.)
Para evolusionis setelah Oparin melakukan percobaan untuk
menemukan penjelasan evolusionis tentang asal-usul kehidupan. Yang terkenal di
antaranya dilakukan oleh ahli kimia Amerika, Stanley Miller, pada tahun 1953.
Miller berhasil mendapatkan sedikit senyawa organik sederhana dengan
mereaksikan gas-gas yang ia yakini terdapat pada atmosfer bumi purba.
Teori Asal-usul Kehidupan di Bumi
Teori Kosmozoa
Teori ini menerangkan adanya kehidupan di bumi kita dengan
mengandaikan bahwa kehidupan dibawa kemari dari tempat lain di alam semesta,
boleh jadi tergabung dalam meteorit yang jatuh.
Teori Pfluger
Teori ini menyatakan bahwa bumi berasal dari suatu materi
yang sangat panas, kemudian dari bahan itu mengandung karbon dan nitrogen
terbentuk senyawa Cyanogen (CN). Senyawa tersebut dapat terjadi pada suhu yang
sangat tinggi dan selanjutnya terbentuk zat protein pembentuk protoplasma yang
akan menjadi makhluk hidup.
Teori Moore
Teori
ini menyatakan bahwa makhluk hidup dapat muncul dari kondisi ysng cocok dari
bahan anorganik pada saat bumi mengalami pendinginan melalui suatu proses yang
kompleks dalam larutan yang labil. Bila fase keadaan kompleks itu tercapai akan
muncullah hidup.
Teori Allen
Teori ini menyatakan bahwa pada saat keadaan fisis bumi ini
seperti’ keadaan sekarang, beberapa reaksi terjadi yaitu energi yang datang
dari sinar matahari diserap oleh zat besi yang lembab dan menimbulkan pengaturan
atom dari materi-materi. Interaksi antara nitrogen, karbon, hidrogen, oksigen,
dan sulfur dalam genangan air di muka bumi akan membentuk zat-zat yang difus
yang akhirnya membentuk protoplasma benda hidup.
Teori Transendental
Teori ini merupakan jawaban secara religi bahwa benda hidup
itu diciptakan oleh Super Nature atau Tuhan Yang Maha Kuasa di luar jangkauan
sains.
A.TEORI TERBENTUKNYA BUMI
Bumi merupakan planet yang kita tempati, bagaimana ya
sebenarnya proses terbentuknya bumi kita ini? Nah jawaban dari pertanyaan
itulah yang akan sahabat temukan dalam postingan saya kali ini. Beberapa hal
yang akan saya bahas adalah tentang Pengertian bumi, teori terbentuknya bumi,
Perkembangan bumi, dan hipotesa ahli yang dipercaya hingga saat ini. Langsung
saja ya..
A.PENGERTIAN
BUMI
Bumi
adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Kira-kira
250 juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua di Bumi merupakan satu
massa daratan yang dikenal sebagai Pangea. Kemudian, kira-kira dua ratus juta
tahun yang lalu Pangea terpecah menjadi dua benua besar yaitu Laurasia, yang
sekarang terdiri dari Amerika Utara, Eropa, sebagian Asia Tengah dan Asia
Timur; dan Gondwana yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika India, Australia
dan bagian Asia lainnya. Bagian-bagian dan dua benua besar ini kemudian
terpecah-pecah, hanyut dan bertubrukan dengan bagian lain.
![]() |
Sejarah Terbentuknya
Bumi
|
Sebagai
tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan
bumi.Bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan,
lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai
salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini
tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi
melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari
(revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya
bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
B.PEMBENTUKAN
BUMI
Teori-teori
tentang proses terbentuknya bumi
1.Teori
Kabut(Nebula)
Sejak
jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah
satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel
Kant (1755) dan Piere De Laplace(1796).Mereka terkenal dengan Teori
Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat
gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar
gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat.
Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa
terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar
inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula
ini terdiri dari beberapa tahap,yaitu
- Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar.
- Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
- Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.
2.Teori Planetisimal
Pada
awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli
astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang
ahli geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan
matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, Pada suatu saat melintas
bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang tersebut
melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya
lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan
tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi.
Karena
pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar meninggalkan
permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-materi yang terlempar mulai
menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut planetisimal.
Planetisimal- Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya
membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
3.Tori
Pasang Surut Gas(Tidal)
Teori
ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada
tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak
pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat
matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut
yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya
massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi).
Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari
mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada
tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung
tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar
yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang
besar itu.
Dalam
lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini
akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.
Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari
tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan
berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan
ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan
Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan
berjalan relatif lebih cepat.
4.Teori
Bintang Kembar
Teori
ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton.
Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu
bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang
tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan
ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang
yang tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan
bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
5.Teori
Big Bang
Berdasarkan
Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun
yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada
porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar
ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu
saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang
kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang
4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi
yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata
surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami
kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat.
Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
- Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi, yaitu:
- Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
- Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
- Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
Bukti
penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa.
Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam
semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium
sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan
dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah
habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala
bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat
ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan
tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan
oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat .
Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk,
67:3).
Masih
sangat banyak teori lainnya yang Dikemukakan
oleh para ahli seperti:
Teori
Buffon dari ahli ilmu alam Perancis George
Louis Leelere Comte de Buffon. Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi
tumbukan antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa
matahari terpental ke luar. Massa yang terpental ini menjadi planet.
Teori
Kuiper atau teori kondensasi dikemukakan
oleh Gerald P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar
berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa
gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet.Pusat piringan yang
merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi
dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan menggumpal menjadi planet –
planet.Dalam teorinya beliau juga mengatakan bahwa tata surya pada mulanya
berupa bola kabut raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es, dan gas. Bola kabut
ini berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang ringan terlempar ke
luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya membentuk sebuah cakram
mulai menyusut dan perputarannya semakin cepat, serta suhunya bertambah,
akhirnya terbentuklah matahari.
Teori
Weizsaecker dimana pada tahun 1940, C.Von
Weizsaecker, seorang ahli astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya
terdiri atas matahari yang dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar
massa kabut gas ini terdiri atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium.
Karena panas matahari yang sangat tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke
angkasa tata surya, sedangkan unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal.
Gumpalan ini akan menarik unsur – unsur lain yang ada di angkasa tata surya dan
selanjutnya berevolusi membentuk palnet – planet, termasuk bumi.
Teori
Whipple oleh seorang ahli astronom
Amerika Fred L.Whipple, mengemukakan pada mulanya tata surya terdiri dari
gas dan kabut debu kosmis yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan
gas yang berotasi menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan akhirnya
menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa.
Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet – planet.
Menurut seorang
astronom asal inggris,pada pertengahan abad 20 yang bernama Sir Fred
Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut
“Steady-State”.Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak
hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis,
teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan
bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori
steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan
justru meruntuhkan pandangan mereka.
Pada
tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain
tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui
ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada
di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru
alam semesta. Bukti yang 'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan. Pada
tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang
ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak
terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan
ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi
peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson
dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.Pada tahun 1989, NASA
mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk
melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi
COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan
sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta.
Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini
dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Dan
menurut gagasan kuno yang mengatakan bahwa alam semesta
itu kekal. Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan
kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan
terus ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis,
pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam
semesta tidak berawal dan tidak berakhir.
Materialisme
adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan
yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada
kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem
berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl
Marx.Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai
dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes
Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George Politzer mengatakan
bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan" dan
menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan
dengan seketika dan dari ketiadaan".
Ketika
Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia
berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang
mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang
berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan
materialisme ini.
Ledakan
raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan
teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol'
merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu
pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas
pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'.
Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam
semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah
diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern
pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau,yakni :
"Dia
(Allah) Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam, 6: 101)
C.PERKEMBANGAN
BUMI
Teori-teori
tentang Perkembangan Bumi
1.Teori
Kontraksi dari James Dana dan Elie de Baumant
Dalam
teori ini dinyatakan bahwa bumi mengalami pengerutan karena pendinginan di
bagian dalam bumi akibat konduksi panas,sehingga mengakibatkan bumi tidak rata.
2.Teori
Descartes dan Suess
Dalam
teori ini dikatakan bahwa pada saat bola bumi mendingin maka terjadilah proses
pengerutan dan semakin menyusut.Kerutan-kerutan itulah sebagai
pegunungan,lipatan yang kita kenal sampai sekarang.Teori Descartes dan Suess
ini disebut teori kontraksi.
3.Teori
Geosinklin
Teori ini
dikonsep oleh Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada
tahun 1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan
sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada Pegunungan
Himalaya, Alpina dan Andes.
Teori
geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami
depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang
tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar
cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat
proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini
endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang
terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena
terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan
yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.
Teori
ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas vulkanik
dengan baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa
dijelaskan dengan teori geosinklin. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap
bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertikal. Artinya, semua
deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus
dengan bidang yang terdeformasi.
4.HIPOTESA PENGAPUNGAN
BENUA(CONTINENTAL DRIFT)
Tahun
1912, Alfred Wegener seorang ahli meteorologi Jerman mengemukakan konsep
Pengapungan Benua (Continental drfit). Dalam The Origin of Continents and
Oceans. Hipotesa utamanya adalah satu “super continent” yang disebut Pangaea
(artinya semua daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan).
Selanjutnya, hipotesa ini mengatakan 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah
menjadi benua-benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak menuju ke tempatnya
seperti yang dijumpai saat ini. Sedangkan hipoptesa lainnya menyatakan bahwa
pada mulanya ada dua super kontinen , yaitu pangea utara yang disebut juga
Laurasia, dan pangea selatan yang disebut juga Gondwanaland.
B.PERBEDAAN TEORI ABIOGENESIS DAN
BIOGENESIS
Asal
usul kehidupan adalah topik yang kontroversial dan juga memiliki sejarah
panjang. Orang kuno percaya bahwa asal usul kehidupan adalah mekanisme spontan
dan terjadi karena zat tak hidup.
Pendapat ini
dikenal sebagai “Abiogenesis”. Namun, akhirnya para ilmuwan membuktikan bahwa
asal usul kehidupan sebenarnya disebabkan oleh organisme hidup yang sudah ada sebelumnya,
bukan oleh zat tak hidup, dan pendapat ini dikenal sebagai “Biogenesis”.
Abiogenesis
Abiogenesis
adalah kepercayaan kuno tentang asal usul kehidupan. Hal ini juga dikenal
sebagai teori generasi spontan kehidupan. Teori abiogenesis menyatakan bahwa
asal-usul makhluk hidup adalah karena zat tak hidup, atau itu adalah insiden
spontan. Namun, sampai sekarang para ilmuwan telah mampu mencapai teori ini
dengan eksperimen.
Biogenesis
Biogenesis
adalah teori yang diterima saat ini mengenai asal usul kehidupan baru. Teori
biogenesis menyatakan bahwa asal usul kehidupan adalah karena sel-sel hidup
yang sudah ada sebelumnya atau organisme. Louis Pasteur, Francesco Reddy, dan
Lazzaro Spallanzani eksperimen yang membuktikan teori ini.
Apakah perbedaan Abiogenesis dan Biogenesis?
Abiogenesis
menyatakan bahwa asal usul kehidupan adalah karena bahan tak hidup lain, atau
merupakan mekanisme spontan, sedangkan biogenesis mengungkapkan bahwa asal usul
kehidupan adalah karena organisme hidup lain yang sudah ada sebelumnya atau
sel.

Perbedaan antara Abiogenesis dan Biogenesis
Abiogenesis gagal
membuktikan secara eksperimental sementara biogenesis itu dibuktikan secara
eksperimen oleh banyak ilmuwan.
C.PERCOBAAN YANG DILAKUKAN ILMUAN PENCETUS TEORI ASAL
MULA KEHIDUPAN DIBUMI
1.
Macam-Macam
Teori Tentang Asal-Usul Adanya Kehidupan Di Bumi Beserta Pencetus
Teori Tersebut
Teori
tentang asal-usul kehidupan yang pernah disusun oleh para ahli di antaranya:
1).
Kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (ghalib) pada saat istimewa (teori
kreasi khas)
2).
Kehidupan muncul dari benda tak hidup pada berbagai kesempatan (teori generatio
spontanea)
3).
Kehidupan tidak berasal-usul (keadaan mantap)
4).
Kehidupan datang di planet ini dari mana saja (teori kosmozoan)
5).
Kehidupan muncul berdasar hukum fisika-kimia (evolusi biokimia)
1.
Teori Generatio Spontanea
Disebut
juga teori Abiogenesis pelopornya seorang ahli filsafat zaman Yunani Kuno
Aristoteles (384-322 SM) yang berpendapat bahwa makhluk hidup terjadi begitu
saja pendapat ini masih terus bertahan sampai abad kc 17 -18 Anthony van
Leenwenhoek (abad ke 18) berhasil membuat mikroskop dan melihat jasad renik di
dalam air bekas rendaman jerami penemuan Leeuwenhoek (salah seorang penganut
teori abiogenesis) memperkuat teori generatio spontanea teori terbukti makhluk
hidup berasal dari benda mati (jasad renik berasal dari air bekas rendaman
jerarni).
1.
Evolusi Kimia
Menerangkan
bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap dimulai dari
bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam atmosfer primitif
dengan energi halilintar membentuk senyawa-senyawa organik kompleks.
1.
Evolusi Biologi
Alexander
Oparin mengemukakan di dalam atmosfer primitif bumi akan timbul reaksi-reaksi
yang menghasilkan senyawa organik dengan energi pereaksi dari radiasi sinar
ultra violet. Senyawa organik tersebut merupakan “soppurba” tempat kehidupan
dapat muncul. Senyawa organik akhirnya akan membentuk timbunan gumpalan
(koaservat). Timbunan gumpalan (koaservat) yang kaya akan bahan-bahan organik
membentuk timbunan jajaran molekul lipid sepanjang perbatasan koaservat dengan
media luar yang dianggap sebagai selaput sel primitif yang memberi stabilitas
pada koaservat.
1.
Membedakan
Dengan Jelas Teori Abiogenesis Dengan Biogenesis
2.
Teori Abiogenesis
Teori
yang dikemukakan Aristoteles ini menyatakan bahwa makhluk hidup tercipta dari
benda tak hidup yang berlangsung secara spontan (generatio
spontanea). Misalnya cacing dari tanah, ikan dari lumpur, dan sebagainya.
Teori ini dianut oleh banyak orang selama beberapa abad.
Menurut
penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja secara
spontan. Itu sebabnya, teori abiogenesis ini disebut juga generation
spontanea. Bila pengertian abiogenesis dan generation spontanea digabung, maka
konsepnya menjadi: makhluk hidup yang pertama kali di bumi berasal dari benda
mati / tak hidup yang terjadinya secara spontan.
2.
Teori Biogenesis
- Francesco Redi
Redi
merupakan orang pertama yang melakukan eksperimen untuk membantah teori abiogenesis.
Dia melakukan percobaan dengan menggunakan bahan daging segar yang ditempatkan
dalam labu dan diberi perlakuan tertentu.
Labu
I : diisi daging segar dan dibiarkan terbuka
Labu
II : diisi daging segar dan ditutup dengan kain kasa
Labu
III : diisi daging segar dan ditutup rapat
Ketiga
labu diletakkan di tempat yang sama selama beberapa hari. Hasilnya adalah
sebagai berikut:
Labu
I : dagingnya busuk, banyak terdapat belatung
Labu
II : dagingnya busuk, terdapat sedikit belatung
Labu
III : dagingnya tidak busuk, tidak terdapat belatung
Menurut
Redi belatung yang terdapat pada daging berasal dari telur lalat. Labu ke III
tidak terdapat belatung karena tertutup rapat sehingga lalat tidak bisa masuk.
Sayangnya, meskipun tertutup rapat ternyata pada labu tersebut bisa muncul
belatung. Ini disebabkan karena Redi tidak melakukan sterilisasi daging pada
disain percobaannya.
- Lazzaro Spallanzani
Spallanzani
juga melakukan percobaan untuk membantah teori abiogenesis, tetapi menggunakan
bahan kaldu. Disainnya sebagai berikut:
Labu
I : diisi kaldu lalu dipanaskan dan dibiarkan terbuka
Labu
II : diisi kaldu, lalu ditutup dengan gabus yang disegel dengan lilin,
kemudian dipanaskan
Setelah
dingin kedua labu diletakkan di tempat yang sama. Beberapa hari kemudian
hasilnya sebagai berikut.
Labu
I : berubah busuk dan keruh, banyak mengandung mikroba (bakteri)
Labu
II : tetap jernih, tidak mengandung mikroba
Menurut
Spallanzani mikroba yang tumbuh dan menyebabkan busuknya kaldu berasal dari
mikroba yang beraada di udara. Pendukung paham abiogenesis keberatan dengan
disain Spallanzani karena menurut anggapan mereka, labu yang tertutup
menyebabkan gaya hidup (elan vital) dari udara tidak dapat masuk, sehingga
tidak memungkinkan munculnya makhluk hidup (mikroba).
- Louise Pasteur
Pasteur
menyempurnakan percobaan Redi dan Spallanzani. Ia menggunakan kaldu dalam labu
yang disumbat dengan gabus. Selanjutnya gabus tersebut ditembus dengan
pipa berbentuk leher angsa (huruf S), kemudian dipanaskan. Setelah dingin dibiarkan
beberapa hari kemudian diamati. Ternyata air kaldu tetap jernih dan tidak
ditemukan mikroba.
Disain
pipa yang berbentuk leher angsa tersebut memungkinkan masuknya gaya hidup dari
udara, tetapi ternyata tidak didapati makhluk hidup dalam kaldu. Menurut
Pasteur, mikroorganisme yang tumbuh dalam kaldu berasal dari udara. Mereka
tidak bisa masuk karena terhambat oleh bentuk pipa. Hal ini bisa dibuktikan
bila labu dimiringkan sedemikian rupa sehingga kaldu mengalir melalui pipa dan
menyentuh ujung pipa, ternyata beberapa hari kemudian menyebabkan busuknya
kaldu.
Dengan
demikian Pasteur telah membuktikan bahwa teori biogenesislah yang benar.
Muncullah ungkapan : omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo
yang artinya: makhluk hidup berasal dari telur, telur berasal dari makhluk
hidup, makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.
1.
2.
3.
Menjelaskan
Kembali Berbagai Macam Percobaan Yang Dilakukan Para Ilmuwan Pencetus Teori
Asal Mula Kehidupan Dibumi
4.
Teori Abiogenesis (Generatio
Spontanea)
Tokoh
teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filsafat
dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa
makhluk hidup berasal dari benda mati dan terjadi secara spontan (generatio
spontanea). Beberapa ahli penganut teori abiogenesis adalah John Needham,
Antonie Van Leeuwenhoek, dan Van Helmot. Kemudian pada abad ke-17 Antonie Van
Leeuwenhoek berhasil menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk
mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air
rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis hasil pengamatan Antonie
Van.
2.
Teori Biogenesis
Teori
ini menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga. Tokoh-tokoh
pendukung teori Abiogenesis antara lain Francesco Redi (Italia) Lazzaro
Spallanzani ( Italia) dan Louis Pasteur (Prancis).
- Percobaan Francesco Redi (1626-1698) menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Stoples I diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat. Stoples II diisi dengan sekerat daging, ditutup dengan kain kasa. Stoples III disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka. Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Stoples I pada daging ini tidak ditemukan belatung . Stoples II pada daging terdapat sedikit belatung. Stoples III pada daging terdapat banyak belatung. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa belatung yang terdapat pada daging di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ketika lalat tersebut hinggap disitu.
- Percobaan Lazzaro Spallanzani (1729-1799) menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Percobaan Spallanzani sebagai berikut :
Labu
I dan labu II diisi air kaldu, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Labu I
dibiarkan tetap terbuka. Labu II ditutup rapat-rapat dengan sumbat
gabus. Kedua labu tersebut dibiarkan selama ± 1 minggu. Hasil percobaannya
adalah sebagai berikut. Labu I air kaldunya menjadi keruh dan berbau
busuk. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I banyak mengandung
mikroba. Sedangkan labu IIair kaldunya tetap jernih. Tetapi, apabila labu
ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba,
airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk). Berdasarkan
hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang
ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi
berasal dari kehidupan di udara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi
kontaminasi mikroba dari udara ke dalam air kaldu tersebut.
- Percobaan Louis Pasteur (1822-1895) menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu dengan pipa leher anggsa (berbentuk S). Langkah-langkah percobaan Pasteur sebagai berikut :
Langkah
I labu disi air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Setelah
itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan
atau disterilkan.
Langkah
II labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa
hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan
tidak mengandung mikroorganisme, namun di bagian leher labu banyak terdapat
debu dan partikel-partikel. Langkah III labu yang air kaldu didalamnya
tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa
hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada
tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi.
Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak mengandung
mikroorganisme. Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh
mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat
lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher
angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa
akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher.
Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan
diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air
kaldu pada labu tadi. Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat
berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara
akan mati pada saat pemanasan air kaldu. Setelah labu dimiringkan hingga air
kaldu sampai kepermukaan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara
bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan
keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga,
setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena
adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah
ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yang menyatakan
bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka
tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham teori baru tentang awal mula
makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis.
- Teori Kreasi Khas (Special Creation)
Teori
ini menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada
saat istimewa. Segala spesies makhluk hidup saat ini sudah ada sejak dahulu dan
masing-masing spesies diciptakan sendiri-sendiri sebagaimana aadanya saat ini.
Penganut teori adalah Carolus Linnaeus.
- Teori Kosmozoon
Teori
ini menyatakan bahwa kehidupan di dunia berasal dari angkasa atau datang dari
meteor yang jatuh dari angkasa luar (kosmos) ke bumi. Hal itu diperkuat dengan
hasil analisis peninggalan peradapan Inca. Pelopor teori ini adalah Arrhenius
(1991).
- Teori Kataklisma
Teori
ini menyatakan bahwa segala spesies diciptakan sendiri-sendiri dan
berlangsung dalam periode-periode, dimana antara periode satu dengan yang lain
terjadi bencana. Bencana itu menghancurkan spesies-spesies sebelumnya dan
memunculkan pesies baru. Pelopor teori ini adalah Cuvier.
- Teori Evolusi Kimia
Teori
ini dikemukakan oleh Harold Urey. Teori ini menyatakan bahwa asal-usul
kehidupan diawali dengan adanya senyawa organik di atmosfer yang berupa gas-gas
seperti metana (CH4), Hidrogen(H2), Uap air (H2O), dan amonia (NH3) yang
bereaksi dengan bantuan energi dari sinar kosmis dan kilatan listrik halilintar
sehingga terbentuk asam amino yang merupakan bahan dasar pembangunan kehidupan.
Proses terbentuknya makhluk hidup menurut teori Urey terdiri dari empat
tahapan, yaitu :
1).
Tersedianya uap air, metana, hidrogen, dan amonia dalam jumlah yang banyak di
atmosfir bumi.
2).
Adanya energi yang besar yang berasal dari aliran listrik halilintar dan
radiasi sinar kosmis menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk senyawa
organik yang lebih besar dan kompleks.
3).
Terbentuknya zat hidup yang paling sederhana.
4).
Zat hidup yang terbentuk berkembang menjadi sejenis organisme yang lebih
kompleks dalam waktu jutaan tahun.
- Teori Evolusi Biologi
Teori
evolusi biologi menyatakan bahwa mahluk hidup pertamamerupakan hasil dari evolusi
molekul anorganik (evolusi kimia) yang kemudian berkembang menjadi struktur
kehidupan (sel). Berdasarkan hasil percobaan Oparin, Haldane, dan Urey, asal
usul kehidupan berasal dari sintesis dan akumulasi monemer organik pada kondisi
abiotik. Molekul yang dihasilkan secara abiotik ini disebut protobion yang
merupakan bentuk sel hidup awal yang belum mampu bereproduksi tetapi mampu
memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya yang berbeda dari lingkungan
sekitarnya.
Protobion
inilah yang merupakan mahluk hidup pertama yang bersifat hetetrof primer yang
hidup secara anaerob. Sel mengalami perkembangan melalui evolusi dari bentuk
yang paling sederhana ke bentuk yang paling kompleks.
D.EFEK RUMAH KACA
Efek rumah kaca
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas
Untuk grup musik bernama sama, lihat
Efek Rumah
Kaca (grup musik).
Penggambaran tentang pertukaran
energi antara matahari (sumber), permukaan bumi, atmosfer bumi dan angkasa
(tempat pelepasan). Kemampuan atmosfer untuk menangkap dan melepaskan energi
merupakan karakteristik yang menentukan efek rumah kaca.
Efek
rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824,

merupakan
proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh
komposisi dan keadaan atmosfernya.
Mars,
Venus, dan benda langit yang memiliki
atmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan)
memiliki efek rumah kaca, hanya saja artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi.
Efek rumah kaca untuk masing-masing benda langit tadi akan dibahas di
masing-masing artikel.
Efek
rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca
alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang
terjadi akibat kegiatan manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakang diterima
oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada
beberapa perbedaan pendapat.
Daftar isi
Penyebab
Efek
rumah kaca disebabkan karena meningkatnya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya di atmosfer. Meningkatnya konsentrasi gas CO2 ini
disebabkan oleh banyaknya pembakaran bahan bakar minyak,
batu bara dan bahan bakar organik lainnya
yang melebihi kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi
yang masuk ke Bumi:
- 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
- 25% diserap awan
- 45% diserap permukaan bumi
- 10% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
Energi
yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan
permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan
oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke
permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya
efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu
jauh berbeda.
Selain
gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida,
nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa
senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon
(CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah
kaca.
Akibat
Meningkatnya
suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim
yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan
dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global
mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat
menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan
meningkatnya suhu air laut sehingga
berakibat kepada beberapa pulau kecil tenggelam di negara kepulauan
, yang membawa dampak perubahan yang sangat besar.
Menurut
perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi
1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti
sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C
sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di
atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari
permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu
permukaan bumi menjadi meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar